Npm : 13111532
Kelas : 4KA40
3.A
Layanan Informasi
Informasi adalah penyampaian berbagai
informasi kepada sasaran layanan agar individu dapat menolah dan memanfaatkan
informasi tersebut demi kepentingan hidup dan perkembangannya.
Secara
umum agar terkuasainya informasi tertentu sedangkan secara khusus terkait
dengan fungsi pemahaman (paham terhadap informasi yang diberikan) dan memanfaatkan
informasi dalam penyelesaian masalahnya. Layanan informasi menjadikan individu
mandiri yaitu memahami dan menerima diri dan lingkungan secara positif,
objektif dan dinamis, mampu mengambil keputusan, mampu mengarahkan diri sesuai
dengan kebutuhannya tersebut dan akhirnya dapat mengaktualisasikan dirinya.
Komponen
- Konselor sebagai pelaksana layanan
- Peserta layanan sebagai sasaran layanan adalah individu yang memerlukan informasi untuk mengatasi permasalahannya dan mengembangkan kehidupannya
- Informasi sebagai isi layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta layanan.
Asas
Layanan
informasi sangat menuntut asas kegiatan dari peserta layanan, asas keterbukaan
dan kesukarelaan. Asas kerahasiaan diperlukan jika informasi bersifat pribadi.
Pendekatan dan Teknik
Layanan
informasi diberikan secara langsung dan terbuka oleh konselor yang disajikan
dalam bentuk:
a. Ceramah, Tanya-jawab dan diskusi
b. Menggunakan media informasi
c. Melalui kegiatan khusus seperti hari Karir
d. Mendatangkan Nara Sumber
Layanan ini hendaknya dapat mengaktifkan peserta
layanan seperti melalui Studi Kasus tentang suatu materi lalu diminta peserta
layanan menganalisis kasus tersebut.
Kegiatan Pendukung
Layanan ini berkaitan dengan aplikasi instrumentasi
untuk mengungkapkan apa yang dibutuhkan oleh peserta layanan. Berkaitan juga
dengan konferensi kasus dalam memberikan pemahaman demi terselesaikan kasus.
Berkaitan dengan kunjungan rumah menyangkut tentang pendapat orangtua dan
kondisi kehidupan keluarga bagi peserta layanan (bagi anak atau anggota
keluarga lainnya). Dalam Alih tangan kasus, layanan informasi dapat digunakan
bagi peserta layanan yang ingn mendalami informasi tertentu yang berkaitan
dengan permasalahan yang dialaminya.
Operasionalisasi
a. Perencanaan
Identifikasi kebutuhan informasi terhadap objek
layanan, menetapkan materi layanan, menetapakan subyek layanan, menetapkan nara
sumber, menentapkan prosedur, perangkat dan media layanan serta menyiapkan
kelengkapan administrasi.
b. Pelaksanaan
Mengorganisasikan kegiatan layanan, mengaktifkan
peseta layanan dan mengoptimalkan penggunaan metode dan media.
c. Evaluasi
Menetapkan materi evaluasi, menetapkan prosedur
evaluasi, menyusun instrumen evaluasi, mengaplikasikan instrumen dab mengolah
hasil instrument.
d. Analisis hasil evaluasi
Menetapkan norma/standar evaluasi, melakukan
analisis dan menafsirkan hasil analisis.
e. Tindak lanjut
Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut,
mengkomunikasikan rencana tindak lanjut pihak terkait dan melaksanakan rencana
tindak lanjut.
f. Pelaporan
Menyusun laporan layanan orientasi, menyempaikan
laporan kepada pihak terkait dan mendokumentasikan laporan.
Dalam melaksanakan layanan, seorang konselor
hendaknya mampu mengidentifikasi Lima Ranah Penguasaan (LIRAUSA) yang terdiri dari:
1. Wadasruh (wawasan dasar menyeluruh) meliputi:
pengertian, tujuan dan manfaat layanan diberikan.
2. Komponen yang berperan pokok dalam layanan
3. Standar Prosedur Operasional (SPO) layanan
4. Setting atau lokasi dan kondisi yang
menyertainya
5. Penilaian dan pelaporan
Layanan Keamanan
Keamanan
adalah suatu yang sangat penting untuk menjaga agar suatu data dalam jariangan
tidak mudah hilang. Sistem keamanan membantu mengamankan jaringan tanpa
menghalangi penggunaannya dan menempatkan antisipasi ketika jaringan berhasil
ditembus. Keamanan jaringan di sini adalah memberikan peningkatan tertentu
untuk jaringan.
Peningkatan keamanan jaringan ini dapat dilakukan
terhadap :
Rahasia (privacy)
Dengan banyak pemakai yang tidak dikenal pada
jaringan menebabkan penyembunyian data yang sensitive menjadi sulit.
Keterpaduan data (data integrity)
Karena
banyak node dan pemakai berpotensi untuk mengakses system komputasi, resiko
korupsi data adalah lebih tinggi.
Keaslian (authenticity)
Hal ini
sulit untuk memastikan identitas pemakai pada system remote, akibatnya satu
host mungkin tidak mempercayai keaslian seorang pemakai yang dijalankan oleh
host lain.
Convert Channel
Jaringan
menawarkan banyak kemungkinan untuk konstruksi convert channel untuk aliran
data, karena begitu banyak data yang sedang ditransmit guna menyembunyikan
pesan.
Keamanan dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Integrity
Mensyaratkan bahwa informasi hanya dapat diubah
oleh pihak yang memiliki wewenang
2. Confidentiality
Mensyaratkan bahwa informasi (data) hanya bisa
diakses oleh pihak yang memiliki wewenang.
3. Authentication
Mensyaratkan bahwa pengirim suatu informasi dapat
diidentifikasi dengan benar dan ada jaminan bahwa identitas yang didapat tidak
palsu.
4. Availability
Mensyaratkan bahwa informasi tersedia untuk pihak
yang memiliki wewenang ketika dibutuhkan.
5. Nonrepudiation
Mensyaratkan bahwa baik pengirim maupun penerima
informasi tidak dapat menyangkal pengiriman dan penerimaan pesan.
Serangan (gangguan) terhadap keamanan dapat
dikategorikan dalam empat kategori utama :
1. Interruption
Suatu aset dari suatu sistem diserang sehingga
menjadi tidak tersedia atau tidak dapat dipakai oleh yang berwenang. Contohnya
adalah perusakan/modifikasi terhadap piranti keras atau saluran jaringan.
2. Interception
Suatu pihak yang tidak berwenang mendapatkan akses
pada suatu aset. Pihak yang dimaksud bisa berupa orang, program, atau sistem
yang lain. Contohnya adalah penyadapan terhadap data dalam suatu jaringan.
3. Modification
Suatu pihak yang tidak berwenang dapat melakukan
perubahan terhadap suatu aset. Contohnya adalah perubahan nilai pada file data,
modifikasi program sehingga berjalan dengan tidak semestinya, dan modifikasi
pesan yang sedang ditransmisikan dalam jaringan.
4. Fabrication
Suatu pihak yang tidak berwenang menyisipkan objek
palsu ke dalam sistem. Contohnya adalah pengiriman pesan palsu kepada orang
lain.
3.B.
Layanan Context-Aware dan Event Base
Di zaman
seperti sekarang ini sangat dibutuhkan suatu teknologi yang dapat memberikan
kemudahan bagi user untuk mengakses informasi setiap saat kapan pun dan dimana
pun mereka berada. Suatu teknologi yang disebut context-aware computing dapat
memenuhi kebutuhan tersebut dan akan menjadi trend yang penting untuk
dikembangkan di masa depan. Dengan adanya context aware maka user tidak perlu
harus selalu memberi input yang banyak secara eksplisit untuk membuat komputer
menjalankan tugasnya.
Context awareness adalah kemampuan sebuah sistem untuk
memahami si user, network, lingkungan, dan dengan demikian melakukan adaptasi
yang dinamis sesuai kebutuhan.
Karakteristik
dari user, network, lingkungan itu disebut konteks. Namun informasi konteks
sendiri menjadi kompleks dan heterogen sesuai jenis layanan yang akan didukung.
Maka context awareness menjadi masalah yang besar dan menarik dalam
pengembangan aplikasi, khususnya mobile, beberapa tahun ke depan.
Beberapa bagian yang lebih sederhana dari context
awareness telah mulai dibangun. Misalnya LBS: location-based service. Misalnya,
sewaktu user mencari keyword tertentu (pom bensin, kafe, ATM, dll), maka ia
akan memperoleh hasil yang berbeda tergantung pada posisi user. Ini dapat mulai
digabungkan dengan beberapa info dari user. Misalnya pom bensin atau kafe di
dekat posisi user yang menerima pembayaran dengan ATM yang dimiliki user.
Ada 4 kategori aplikasi context-awareness menurut
Bill N. Schilit, Norman Adams, dan Roy Want, yaitu :
1. Proximate selection.
adalah suatu teknik antarmuka yang memudahkan
pengguna dalam memilih atau melihat lokasi objek yang berada didekatnya dan
mengetahui posisi lokasi dari user itu sendiri. Ada dua variabel yang berkaitan
dengan proximate selection ini, yaitu locus dan selection dengan kata lain
tempat dan pilihan.
2. Automatic Contextual Reconfiguration
Aspek terpenting suatu kasus sistem context-aware
adalah bagaimana suatu konteks yang digunakan membawa perbedaan terhadap
konfigurasi sistem dan bagaimana cara antar setiap komponen berinteraksi satu
sama lain nya. Sebagai contoh, penggunaan virtual whiteboard sebagai salah satu
inovasi automatic reconfiguration yang menciptakan ilusi pengaksesan virtual
objects sebagai layaknya fisik suatu benda.
Contextual Reconfiguration juga bisa diterapkan
pada fungsi sistem operasi; sebagai contoh: sistem operasi suatu komputer A
bisa memanfaatkan memori komputer lainnya yang berada didekatnya untuk
melakukan back-up data sebagai antisipasi jika power komputer A melemah.
3. Contextual Informations and Commands
Kegiatan manusia bisa diprediksi dari situasi atau
lokasi dimana mereka berada. Sebagai contoh, ketika berada di dapur, maka
kegiatan yang dilakukan pada lokasi tersebut pasti berkaitan dengan memasak.
Hal inilah yang menjadi dasar dari tujuan contextual information and commands,
dimana informasi-informasi tersebut dan perintah yang akan dilaksanakan
disimpan ke dalam sebuah directory tertentu. Setiap file yang berada di dalam
directory berisi locations and contain files, programs, and links. Ketika
seorang user berpindah dari suatu lokasi ke lokasi lainnya, maka browser juga
akan langsung mengubah data lokasi di dalam directory. Sebagai contoh: ketika
user berada di kantor, maka user akan melihat agenda yang harus dilakukan;
ketika user beralih lagi ke dapur, maka user tersebut akan melihat petunjuk
untuk membuat kopi dan data penyimpanan kebutuhan dapur.
4. Context-Triggered Actions
Cara kerja sistem context-triggered actions sama
layaknya dengan aturan sederhana IF-THEN. Informasi yang berada pada klausa
kondisi akan memacu perintah aksi yang harus dilakukan. Kategori sistem
context-aware ini bisa dikatakan mirip dengan contextual information and
commands, namun perbedaannya terletak pada aturan-aturan kondisi yang harus
jelas dan spesifik untuk memacu aksi yang akan dilakukan.
Layanan Perbaikan Sumber
Layanan perbaikan sumber yang dimaksud adalah
layanan perbaikan dalam sumber daya manusia (SDM). SDM telematika adalah orang
yang melakukan aktivitas yang berhubungan dengan telekomunikasi, media, dan
informatika sebagai pengelola, pengembang, pendidik, dan pengguna di lingkungan
pemerintah, dunia usaha, lembaga pendidikan, dan masyarakat pada umumnya.
Konsep pengembangan sumber daya manusia di bidang
telematika ditujukan untuk meningkatkan kualitas, kuantitas dan pendayagunaan
SDM telematika dengan tujuan untuk mengatasi kesenjangan digital, kesenjangan
informasi dan meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi secara efektif dan optimal.
Kebutuhan akan SDM dapat dilihat dari bidang
ekonomi dan bidang politik, yaitu :
Dilihat dari bidang ekonomi
Pengembangan telematika ditujukan untuk peningkatan
kapasitas ekonomi, berupa peningkatan kapasitas industry produk barang dan
jasa.
Dilihat dari bidang politik
Bagaimana telematika memberikan kontribusi pada
pelayanan public sehingga menghasilkan dukungan politik.
Dari kedua bidang tersebut diatas kebutuhan
terhadap telematika akan dilihat dari dua aspek, yaitu :
1. Pengembangan peningkatan kapasitas industry.
2. Pengembangan layanan publik.
Sasaran utama dalam upaya pengembangan SDM
telematika yaitu sebagai berikut :
a. Peningkatan kinerja layanan public yang
memberikan akses yang luas terhadap peningkatan kecerdasan masyarakat,
pengembangan demokrasi dan transparasi sebagai katalisator pembangaunan.
b. Literasi masyarakat di bidang teknologi
telematika yang terutama ditujukan kepada old generator dan today generation
sebagai peningkatan, dikemukakan oleh Tapscott.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar